UJIAN AKHIR SEMESTER
DASAR
MANAJEMEN PENDIDIKAN
NAMA : TRI NOFIATUN
NIM : 103611024
KELAS : TF-2
JAWABAN:
1.
Aplikasi TQM dalam memberikan layanan pendidikan:
a.
Sesuai dengan kebutuhan
Pendidikan yang bermutu tidak dapat hanya
dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga
pendidikan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan standar mutu yang
berlaku.
Lembaga pendidikan tergantung pada pelanggannya
karenanya harus memahami berbagai kebutuhan pelanggan pada saat ini dan di masa
yang datang , mengenali persyaratan/tuntutan pelanggan dan berusaha untuk
memenuhinya atau bahkan melebihi apa yang di harapkan.
Adapun kebutuhan pelanggan dari Subbag Pendidikan dapat
digambarkan sebagai berikut :
1
Daftar mahasiswa untuk setiap matakuliah yang akurat
2
Daftar hadir mahasiswa untuk setiap matakuliah
3
Daftar mahasiwa per angkatan yang akurat
4
Hasil evaluasi mahasiswa yang dituangkan dalam Kartu Hasil Studi (KHS)
yang akurat
5
Data capaian Satuan Kredit Semester (SKS) mahasiswa yang akurat
6
Judisium yang tepat waktu dan akurat
7
Jadwal perkuliahan dan ujian yang tepat waktu dan akurat dll.
b.
Mutu pendidikan
Sehubungan dengan produk yang dihasilkan oleh Subbag
Pendidikan berupa jasa/pelayanan administrasi akademik, maka kualitas/mutu
pelayanan tersebut akan bergantung kepada aspek-aspek kualitas manusia, proses,
peralatan/fasilitas, teknik, pemasok data, dan lingkungannya, di mana kesemua
aspek tersebut tidak dapat dipisahkan dari yang satu dengan yang lainnya.
Kualitas/mutu ini bisa direalisasikan dengan :
1
Penanaman pemahaman akan pentingnya kualitas/mutu atas produk/jasa
kepada staf Subbag Pendidikan, di mana kualitas/mutu ditujukan/difokuskan
kepada pelanggan (customer)
2
Penyediaan peralatan/fasilitas yang memenuhi dan sesuai dengan perkembangan
teknologi, berserta bahan-bahannya
3
Penyederhanaan dan perbaikan prosedur/proses administrasi pendidikan
yang tidak menyimpang dari rambu-rambu/aturan-aturan yang ada
4
Penyempurnaan yang terus menerus atas software yang diterapkan beserta
output-nya dalam komitmen jangka panjang
5
Membangun komunikasi secara vertikal dan horisontal internal Subbag
Pendidikan, antar subbag, dan pimpinan terkait serta pemasok dll.
c.
Efisiensi pengelolaan
Peningkatan efisiensi, diperoleh melalui
keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan
birokrasi.
d.
Peran serta masyarakat dan akuntabilitas.
Paradigma
baru pendidikan menuntut masyarakat untuk menjadi
bagian dari terselenggaranya akuntabilitas pendidikan,
bukan pengawasan pendidikan. Unsur pengawasan bersifat administrasi dan
dilakukan oleh birokrasi. Dalam konsep otonomi pendidikan, pemerintah ingin
menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang menuntut keterlibatan
masyarakat dalam proses pendidikan
akuntabilitas
pendidikan sebagai salah satu program dan kegiatan pendidikan hanya bisa
terwujud apabila upaya pemberdayaan pengawas pendidikan dilakukan secara
kontiniutas dan selalu konsisten , dengan pengawas pendidikan maka akuntabilitas
pendidikan akan menjadi penopang utama untuk mewujudkan good government.
2.
9 hal yang perlu dimanajemeni dalam kontek otonomi
daerah yang di ikuti oleh otonomi pendidikan ditinjau dari dasar-dasar
manajemen pendidikan:
1.
Perencanaan dan evaluasi
Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, sekolah
memiliki kewenangan untuk melakukan perencanaan sesuai dengan kebutuhannya (school-based
plan). Misalnya, untuk meningkatkan mutu, sekolah harus melakukan analisis
kebutuhan, kemudian mengembangkan rencana peningkatan mutu berdasarkan hasil
analisis kebutuhan.
Sekolah juga memiliki kewenangan untuk melakukan
evaluasi secara internal untuk memantau proses pelaksanaan dan hasil
program-program yang telah di laksanakan. Evaluasi semacam ini sering di sebut
evaluasi diri, yang harus di lakukan secara jujur, adil, dan transparan, agar
dapat mengungkap informasi yang sebenarnya.
2.
Kurikulum
Kurikulum yang di buat oleh Pemerintah Pusat
merupakan standar yang berlaku secara nasional. Dalam implementasinya, daerah
dan sekolah diberi kewenangan untuk mengembangkan silabus (memperdalam,
memperkaya, memodifikasi), namun tetap berada dalam koridor isi kurikulum yang
berlaku secara nasional. Daerah dan sekolah juga diberi kebebasan untuk
mengembangkan silabus mata pelajaran keterampilan pilihan, yang merupakan
unggulkan daerah (muatan lokal).
3.
Pembelajaran
Pembelajaran merupakan kegiatan utama sekolah,
yang dalam pelaksanaannya sekolah di beri kebebasan memilih strategi,
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang paling efektif, sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, peserta didik, guru, serta kondisi nyata sumber
daya yang tersedia dan siap di daya gunakan di sekolah. Pembelajaran harus
menekankan pada praktek, dengan pendayagunaan masyarakat dan lingkungan sekitar
sekolah sebagai sumber belajar.
4.
Ketenagaan
Pengelolaan ketenagaan mulai dari analisis
kebutuhan, perencanaan, rekrutment, pengembangan, hadiah (reward) dan
sangsi (punishment), hubungan kerja, sampai evaluasi kinerja tenaga
kependidikan (guru dan nonguru) dapat dilakukan oleh sekolah dan daerah sesuai
dengan kemampuan masing-masing, kecuali yang menyangkut imbal jasa (gaji), dan
rekrutmen pegawai negeri masih ditangani oleh pusat.
5.
Fasilitas
Dalam paradigma baru manajemen pendidikan,
pengelolaan fasilitas yang mencakup pengadaan, pemeliharaan, perbaikan, dan
pengembangan merupakan kewenangan sekolah. Pelimpahan wewenang tersebut perlu
di lakukan, karena sekolah yang paling mengetahui secara pasti fasilitas yang
di perlukan dalam operasional sekolah,
terutama fasilitas pembelajaran untuk memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik.
6.
Keuangan
Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian, dan
penggunaan uang sudah sepantasnya dilakukan oleh sekolah di bawah pimpinan dan
koordinasi kepala sekolah. Hal ini perlu di lakukan karena sekolah yang paling
memahami kebutuhannya, sehingga desentralisasi pengalokasian, dan penggunaan
uang sudah seharusnya di limpahkan kepada sekolah. sekolah juga perlu diberi
kebebasan untuk mencari dana melalui berbagai kegiatan yang dapat mendatangkan
hasil (income generating activities), agar perkembangan ke depan sumber
keuangan tidak semata-mata bergantung pada pemerintah.
7.
Peserta didik
Pengelolaan peserta didik, mulai dari penerimaan,
pengembangan, pembinaan, pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah
atau untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni
sebenarnya sudah di desentralisasikan.
8.
Iklim sekolah
Iklim sekolah yang kondusif-akademik baik fisik
maupun nonfisik merupakan landasan bagi penyelenggaraan pembelajaran yang
efektif dan produktif. Oleh karena itu, sekolah perlu menciptakan iklim yang
kondusif untuk menumbuhkembangkan semangat dan merangsang nafsu belajar peserta
didik. Iklim yang kondusif tersebut antara lain mencakup lingkungan yang aman,
nyaman, dan tertib, serta ditunjang oleh optimisme dan harapan warga sekolah,
kesehatan sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang berpusat pada perkembangan peserta
didik (student-centered activities)
9.
Hubungan sekolah- masyarakat
Dalam alam demokrasi, masyarakat merupakan partner
sekolah dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran, karena sekolah
merupakan bagian integral dari masyarakat. Kerja sama antara keduanya sangat
penting untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan, dan dukungan
operasional, baik moral maupun finansial.
3.
Memimpin organisasi pendidikan perlu memperhatikan
motif dan motivasi bawahan dalam bekerja karena karyawan dalam pendidikan merupakan
Asset.
1.
Teori motivasi kepuasan (Content Theory)
Teori ini mendasarkan pendekatannya atas
faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkan bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Teori
ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri orang yang menguatkan,
mengarahkan, mendukung, dan menghentikan perilakunya. Jadi pada dasarnya teori
ini mengemukakan bahwa seseorang akan bertindak
(bersemangat kerja) untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan (inner
needs) dan kepuasannya.
2.
Teori proses
Teori proses ini pada dasarnya berusaha untuk
menjawab pertanyaan, bagaimana menguatkan, mengarahkan, memelihara, dan
menghentikan perilaku individu, agar setiap individu bekerja giat sesuai dengan
keinginan manajer.
3.
Teori pengukuhan
Teori ini di dasarkan atas hubungan sebab dan
akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi. Misalnya, promosi tergantung
dari prestasi yang selalu dapat di pertahankan. Bonus kelompok tergantung pada
tingkat produksi kelompok itu.
4.
a). Asas-asas
manajemen
asas-asas umum
manajemen (general principles of Management), menurut Henry Fayol:
a. Division of work (asas pembagian kerja
Asas ini sangat penting karena adanya limit
factors, artinya adanya keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan
semua pekerjaan.
b. Authority and
responsibility (asas
wewenang dan tanggung jawab)
Menurut asas ini perlu adanya pembagian wewenang
dan tanggung jawab antara atasan dan bawahan, wewenang harus seimbang dengan
tanggung jawab.
c. Dicipline (asas disiplin)
Menurut asas ini, hendaknya semua perjanjian,
peraturan yang telah ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi,
serta dilaksanakan sepenuhnya.
d. Unity of command
(asas kesatuan perintah)
Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan hanya
menerima perintah dari seorang atasan dan bertanggung jawab hanya kepada
seorang atasan pula.
e. Unity of direction
(asas kesatuan jurusan
atau arah)
Setiap orang (kelompok) bawahan hanya mempunyai
satu rencana, satu tujuan, satu perintah, dan satu atasan, supaya terwujud
kesatuan arah.
f. Subordination of
individual interest into general interest (asas kepentingan umum diatas kepentingan
pribadi)
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan
kepentingan bersama (organisasi), diatas kepentingan pribadi.
g. Renumeration of
personnel (asas pembagian
gaji yang wajar)
Menurut asas ini, hendaknya gaji dan
jaminan-jaminan sosial harus adil, wajar dan seimbang dengan kebutuhan,
sehingga memberikan kepuasan yang maksimal baik bagi karyawan maupun majikan.
h. Centralization (asas pemusatan wewenang)
Setiap organisasi harus mempunyai pusat wewenang,
artinya wewenang itu di pusatkan atau di bagi-bagikan tanpa mengabaikan
situasi-situasi khas, yang akan memberikan hasil keseluruhan yang
memuaskan.
i.
Scalar of chain (asas hierarki atau asas rantai berkala)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari
atas ke bawah harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak terputus,
dan dengan jarak terpendek.
j.
Order (asas keteraturan)
Asas ini dibagi atas material order dan social
order, artinya keteraturan dan ketertiban dalam penempatan barang-barang
dan karyawan.
k. Equity (asas keadilan)
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua
karyawan dalam pemberian gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman.
l.
Initiative (asas inisiatif)
Menurut asas ini, seorang pimpinan harus
memberikan dorongan dan kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif, dengan
memberikan kebebasan agar bawahan secara aktif memikirkan dan menyelesaikan
sendiri tugas-tugasnya.
m. Esprit de corps (asas kesatuan)
Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus
dikembangkan dan dibina melalui sistem komunikasi yang baik, sehingga terwujud
kekompakan kerja dan timbul keinginan untuk mencapai hasil yang baik.
n. Stability of
turn-over personnel (asas
kestabilan masa jabatan)
Menurut asas ini, pimpinan perusahaan harus
berusaha agar mutasi dan keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering, karena
akan mengakibatkan ketidakstabilan organisasi , biaya-biaya semakin besar, dan
perusahaan tidak mendapat karyawan yang berpengalaman.
b) . Kecerdasan seorang kepala sekolah
berdasarkan:
a)
Teori E.E Ghinzeli dan Stogdil
1.
Kecedasan (Intelligence)
2.
Kemampuan mengendalikan (supervisory ability)
3.
Inisiatif (initiative)
4.
Ketenangan diri (self Assurances)
5.
Kepribadian (individuality)
b)
Teori Keith Davis
1.
Kecakapan (Intelligence)
2.
Kematangan dan luwes pergaulan (social maturity
and breadth)
3.
Motivasi dan rangsangan prestasi (inner
motivation and achievement)
4.
Sikap hubungan manusiawi (human relation
attitude)
c)
Teori Thomas W.Harrell dan George R. Terry
☻
Thomas W.Harrell
1.
Kemauan keras (strong will)
2.
Tingkah laku yang di tentukan sifat lahiriah
(extroversion)
3.
Keinginan kekuasaan (power need)
4.
Keinginan prestasi (achievement needs)
☻
George R. Terry
1.
Energi, mempunyai kekuatan mental dan fisik.
2.
Stabilitas emosi, tidak cepat marah dan tenang
menhadapi masalah.
3.
Human relationship, mempunyai pengetahuan tentang hubungan manusiawi
dan luwes dalam pergaulan.
4.
Personal motivation, keinginan menjadi pemimpin harus besar dan dapat
memotivasi diri sendiri.
5.
Communication skills, mempunyai kecakapan untuk berkomunikasi secara efektif.
6.
Teaching skills, mempunyai kecakapan untuk pengarahan,
mengajarkan, menjelaskan, dan mengembangkan bawahan.
7.
Social skills, mempunyai keahlian di bidang sosial, supaya
terjamin kepercayaan dan kesetiaan bawahan.
8.
Technical skills, mempunyai kecakapan menganalisis, merencanakan,
mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan, mampu menyusun
konsep, dan mengkoordinasi.
5.
Memanajemeni lembaga pendidikan agar bermutu salah
satu cara yang dapat tempuh adalah menerapkan sistem manajemen berbasis sekolah
(School Based Management), dengan sistem ini suatu lembaga pendidikan
dapat melakukan pengambilan keputusan kepada komponen-komponen sekolah seperti
guru, siswa, kepala sekolah, staf, orang tua siswa, dan masyarakat untuk
meningkatkan mutu sekolah. Melalui program MBS ini sekolah dapat mengelola
sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri, dengan kemandiriannya sekolah lebih
berdaya dalam mengembangkan program-rogramnya. Dengan demikian untuk mensukseskan
sistem MBS ini tentunya di pengaruhi oleh komponen-komponen sekolah itu sendiri
untuk meningkatkan mutu sekolah, diantaranya:
a.
Kepala Sekolah (pemimpin)
Untuk meningkatkan mutu sekolah dalam sistem MBS maka kepala sekolah harus
memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen pendidikan secara utuh dan
berorientasi pada mutu, strategi ini merupakan usaha untuk secara terus menerus
memperbaiki kualitas layanan. Kepala Sekolah dikatakan berhasil, apabila dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya tercapai tujuan sekolah sebagai
organisasi, dan tujuan daripada individu yang ada di dalam lingkungan
organisasi sekolah yang dipimpinnya, serta memahami dan menguasai peranan
organisasi dan hubungan kerjasama antar individu.
b.
Tenaga kependidikan (guru)
Tenaga pendidik (guru) juga berperan penting dalam suatu lembaga
pendidikan, karena guru berpengaruh besar pada kualitas peserta didik, untuk
itu perlu adanya pemberdayaan tenaga kependidikan dengan meningkatkan
produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku
tenaga kependidikan disekolah melalui cara: perencanaan, pengadaan, pembinaan,
promosi dan mutasi, pemberhentian, kompensasi, penilaian. Keberhasilan ini
dapat dilihat dari persentasi kelulusan para siswanya dan kualitas peserta
didiknya.
c.
Peserta didik (siswa)
Penyelenggaraan sekolah yang bermutu di dukung oleh ketersediaan layanan
kepada peserta didik yang layak dan memadai dalam kuantitas maupun kualitasnya,
melalui cara-cara:
1)
Merencanakan jumlah peserta didik yang akan
diterima
2)
Menyusun program kegiatan siswa
3)
Rekrutmen peserta didik
4)
Seleksi peserta didik (melalui tes, penelusuran
bakat, kemampuan, berdasarkan nilai STTB/UN)
5)
Orientasi
6)
Penempatan peserta didik
Keberhasilan komponen ini jika lembaga pendidikan
mampu menghasilkan peserta didik yang bermutu yaitu dapat tumbuh dan berkembang
sesuai dengan potensi fisik, kecerdasan intelektual sosial, emosional dan
kejiwaan peserta didik sehingga tercapainya tujuan pendidikan secara umum.
d.
Masyarakat
Lembaga pendidikan dan masyarakat merupakan dua jenis lingkungan yang
berbeda namun keduanya tidak dapat di pisahkan bahkan saling membutuhkan dalam
pertumbuhan serta perkembangan. Meningkatkan hubungan sekolah dan masyarakat
dengan cara menumbuhkan kreativitas serta dinamika kedua belah pihak sehingga
hubungan tersebut aktif dan dinamis. Keberhasilan suatu lembaga dalam menjalin
hubungan dengan masyarakat dapat di lihat dari perubahan yang inovatif sehinga
akan ada peningkatan mutu kelembagaan secara total.
Sumber: 1. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan. MANAJEMEN
dasar, pengertian, dan masalah. Jakarta: Bumi Aksara. 2007
2. Dr. E. Mulyasa, M.Pd. Menjadi Kepala Sekolah
Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003
3. Tim Dosen Administrasi Pendidikan. Manajemen
Pendidikan
UPI. Bandung: Alfabeta. 2008
0 komentar:
Posting Komentar