-->

BINTANG

Jumat, 06 April 2012

PSIKOLOGI PENDIDIKAN


       I.            MAKALAH PSIKOPEND


            I.  PENDAHULUAN
Dalam memahami kecerdasan emosional, penting bagi kita untuk mengetahui terlebih dahulu apa itu kecerdasan dan apa itu emosi. Dengan mengetahui hal tersebut, maka akan memudahkan kita untuk memperoleh gambaran dan memahami hakikat kecerdasan emosional. Pembahasan berikut akan mencoba menelaah kecerdasan emosional berdasarkan teori yang dikemukakan para ahli.
    II.            II. RUMUSAN MASALAH
a.    Apa pengertian kecerdasan, emosi, dan kecerdasan emosional?
b.    Apa saja unsur-unsur yang membangun kecerdasan emosional?
c.    Apa saja Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi?
d.   Apa saja lima area atau ranah kecerdasan emosional?
e.    Bagaimana cara melatih kecerdasan emosional?
 III.           III.  PEMBAHASAN
A.  Pengertian kecerdasan, emosi, dan kecerdasan emosional
a.    Pengertian kecerdasan
1.    Menurut bahasa kecerdasan (intelegensi) diartikan sebagai kemampuan umum dalam memahami hal-hal yang abstrak.
2.    Menurut istilah kecerdasan (intelegensi) didefinisikan sebagai kesanggupan seseorang untuk beradaptasi dalam berbagai situasi dan dapat diabstraksikan pada suatu kualitas yang sama.
Ada beberapa tokoh dalam memberikan pemahaman tentang kecerdasan (intelegensi), yaitu:
Hagenhan dan Oslo mengungkapkan pendapat Piaget tentang kecerdasan yang mendefinisikan bahwa kecerdasan (intelegensi) merupakan suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya penghitungan atas kondisi-kondisi yang secara optimal bagi organisme dapat hidup berhubungan dengan lingkungan secara efektif.
Feldam mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan memahami dunia, berfikir secara rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan.
Henmon mendefinisikan intelegensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.
Wechsler mendefinisikan intelegensi sebagai totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan dengan efektif.[1]
Dari pengertian-pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan (intelegensi) merupakan kekuatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu.
b.    Pengertian emosi
Emosi berasal dari kata emotus atau emovere, yang artinya mencerca. Maksudnya sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Seperti: emosi karena ada unsur marah hal ini menunjukan suasana hati untuk melakukan penyerangan atau mencerca terhadap sesuatu yang menyebabkan seseorang marah.
Emosi merupakan suatu perasaan yang timbul melebihi batas, sehingga kadang-kadang tidak dapat menguasai diri dan menyebabkan hubungan pribadi dengan dunia luar menjadi putus.[2]
Menurt L.Crow dan A.Crow emosi adalah pengalaman yang efektif yang disertai oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, di mana keadaan mental dan psikologis sedang dalam keadaan meluap-luap, juga dapat diperlihatkan dengan tingkah laku yang jelas dan nyata.
Menurut Kaplan dan Saddock emosi adalah keadaan perasaan yang kompleks yang mengandung komponen kejiwaan, badan, dan perilaku yang berkaitan dengan affeck dan mood.
Menurut Goleman emosi adalah perasaan dan pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, suatu rentangan dari kecenderungan untuk berindak.[3]
c.    Pengertian kecerdasan emosional
Setelah mengetahui apa itu kecerdasan dan apa itu emosi selanjutnya akan dibahas tentang kecerdasan emosional.
Istilah kecerdasan emosional (Emotional Intelligence) mulai populer sejak diperkenalkan secara massal pada tahun 1995 oleh Daniel Goleman lewat bukunya berjudul Emotional Intelligence – Why It Can Matter More Than IQ. Sebenarnya istilah ini sudah muncul sebelumnya dan sebagai terminologi dipakai dalam tesis doktoral Wayne Payne di tahun 1985.
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, mengendalikan dorongan Hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati dan berdoa.
Reuven Bar-On mengemukakan sebagaimana dikutip oleh Steven J. Stein dan Howard E. Book, ia menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan nonkognitif yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.
Selanjutnya, Steven J. Stein dan Howard E. Book menjelaskan pendapat Peter Salovey dan John Mayer, bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami perasaan Bagaimana cara meningkatkan kecerdasan emosi
dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.[4]
Kecerdasan Emosi atau Emotional Quotation (EQ) meliputi kemampuan mengungkapkan perasaan, kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk mengatur dan mengendalikannya.[5]
B.  Unsur-unsur yang membangun kecerdasan emosional
1.    Mengenali emosi diri
Intinya adalah kesadaran diri yaitu mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kesadaran diri adalah perhatian terus menerus terhadap keadaan batin seseorang. Sementara menurut john mayer, kesadaran diri berarti waspada, baik terhadap suasana hati maupun pikiran kita tentang suasana hati.
2.    Mengelola emosi
Yaitu menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas. Mengelola emosi berhubungan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan akibat yang timbul karena gagalnya keterampilan emosional dasar.
3.    Memotivasi diri sendiri
Termasuk dalam hal ini adalah kemampuan dalam menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi.
4.    Mengenali emosi orang lain
Yaitu, empati kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional, yang merupakan keterampilan bergaul dasar. Kemampuan berempati yaitu kemampuan untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain ikut berperan dalam pergulatan dalam arena kehidupan.
5.    Membina hubungan
Yaitu kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, mempengaruhi dan membuat orang lain nyaman serta menjadi pendengar yang baik.
Seni membina hubungan, sebagian besar merupakan keterampilan mengelola orang lain. Orang-orang yang terampil dalam kecerdasan sosial dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup lancar, peka membaca reaksi dan perasaan mereka, mampu memimpin dan mengorganisasi, dan pintar menangani perselisihan yang muncul dalam setiap kegiatan manusia.
C.  Ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi
1.    Mereka yang mampu mengendalikan diri (mengendalikan gejolak emosi)
2.    Memelihara dan memacu motivasi untuk terus berupaya dan tidak mudah menyerah atau putus asa
3.    Mampu mengendalikan dan mengatasi stres.
4.    Mampu menerima kenyataan.
5.    Dapat merasakan kesenangan meskipun dalam kesulitan.[6]
D.  Lima area atau ranah kecerdasan emosional
1.    Ranah intrapribadi
Ranah intrapribadi terkait dengan kemampuan kita untuk mengenal dan mengendalikan diri sendiri. Dunia intraprimadi menentukan seberapa mendalamnya perasaan kita, seberapa puas kita, terhadap diri sendiri dan prestasi kita dalam hidup.
Ranah intrapribadi ini melingkupi lima subbagian yaitu sebagai berikut:
a.    Kesadaran diri
b.    Sikap asertif
c.    Kemandirian
d.   Penghargaan diri
e.    Aktualisasi diri
2.    Ranah antarpribadi
Ranah antarpribadi berkaitan dengan keterampilan bergaul yang kita miliki, kemampuan kita beratraksi dan bergaul baik dengan orang lain.
Ranah antarpribadi ini terdiri dari tiga skala, yaitu:
a.    Empati
b.    Tanggung jawab sosial
c.    Hubungan antarpribadi
3.    Ranah penyesuain diri
Ranah penyesuaian diri berkaitan dengan kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis, dan untuk memecahkan aneka masalah yang muncul.
Ranah penyesuaian diri ini meliputi tiga skala, yaitu:
a.    Uji realitas
b.    Sikap fleksibel
c.    Pemecahan masalah
4.    Ranah pengendalian stres
Ranah pengendalian stres terkait dengan kemampuan kita untuk tahan menghadapi stres dan mengendalikan impuls. Kecerdasan emosional ini terkait dengan kemampuan menanggung stres tanpa harus ambruk, hancur, kehilangan kendali, atau terpuruk.
Ranah penanganan stres ini memili dua skala:
a.    Ketahanan menanggung stres
b.    Pengendalian impuls
5.    Ranah suasana hati umum
Ranah terakhir ini termasuk dalam kecerdasan emosional menurut Reuven Bar-On adalah ranah suasana hati umum. Ranah kecerdasan emosional ini berkaitan dengan pandangan kita tentang kehidupan, kemampuan kita, bergembira sendirian dan dengan orang lain.
Ranah suasana hati umum juga memiliki dua skala, yaitu:
a.    Optimisme
b.    kebahagiaan[7]
E.   Melatih kecerdasan emosional
Sejak kecil kita telah memiliki emosi dan berinteraksi dengan emosi tersebut. Kebiasaan kita dalam menanganinya akan terus terbawa dan menjadi karakter seseorang ketika dewasa. Dengan demikian, alangkah berbahagianya seorang anak yang memiliki orangtua yang peka dan pelatih emosi yang baik. Anak seperti ini akan berlatih menangani dirinya sejak masa kecil. Cara paling awal adalah dengan mengenali emosi diri ketika terjadi. Kenali apa saja yang berkecamuk dalam dada dan suara-suara yang memerintahkan untuk bertindak. Tahapan berikutnya adalah melakukan kontrol diri terhadap berbagai bentuk emosi yang ada. Bagaimana mengendalikan diri ketika marah, tidak terpuruk ketika merasa kecewa, dapat bangkit dari kesedihan, mampu memotivasi diri dan bangkit ketika tertekan, mengatur diri dari kemalasan, menetapkan target yang menantang namun wajar, serta bisa menerima keberhasilan maupun kegagalan dengan lapang dada.
Jika hal tersebut sudah dikuasai, selanjutnya adalah melatih kematangan sosial. Bagaimana berempati, merasakan apa yang dirasakan orang lain sehingga bisa memberi respon yang tepat terhadap sinyal-sinyal emosi yang ditampilkan orang lain. Kematangan ini akan mudah dikembangkan jika aktif terlibat dalam organisasi, bekerjasama dengan orang lain dan memiliki interaksi sosial yang intens. Melatih kemampuan dalam memimpin dan dipimpin, memotivasi orang lain, serta mengatasi dan mengelola konflik.[8]
 IV.           


    V.       





























DAFTAR PUSTAKA

Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2007

Romlah. Psikologi Pendidikan. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang. 2004

Sukmadinata, Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2003

Uno, Hamzah B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2006


http://rinyyunita.wka yangordpress.com/2009/01/25/kecerdasan-emosi/



[1] Dr. Hamzah B. Uno, M,Pd., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,   2006), hlm. 58-59
[2] Romlah, Psikologi Pendidikan, (Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang, 2004), hlm. 65
[3] Prof. Dr. H. Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hlm. 37
[4]Dr. Hamzah B Uno, M,Pd., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,   2006), hlm. 69         
[5] http://rinyyunita.wka yangordpress.com/2009/01/25/kecerdasan-emosi/
[6] Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2003), hlm.97
[7] Dr. Hamzah B. Uno, M,Pd., Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,   2006), hlm. 77-82

0 komentar: